"Vendor tersebut adalah Qualcomm dan mereka membandrol satu unit chip CDMA itu seharga USD30 hingga USD40. Hal inilah yang kemudian membuat vendor merasa berat untuk menjual handset CDMA karena otomatis harganya akan mahal," ujar pengamat telekomunikasi Mochammad S Hendrowijono saat berbincang di sela Telkomsel Drive Test menuju Bogor, Sabtu (19/4/2008).
Menurut Hendro, lisensi chip CDMA selama ini dimonopoli oleh Qualcomm karena memang mereka yang menemukan teknologinya. Hal ini secara tidak langsung cukup berperan pada penghambatan perkembangan CDMA. Berbeda dengan GSM. Meskipun teknologi GSM tergolong mahal namun handset pendukung teknologi ini cukup murah. Sedangkan CDMA, meski teknologinya tidak membutuhkan investasi mahal namun handset pendukung cukup mahal. Padahal peningkatan penetrasi sebuah teknologi telekomunikasi sangat bergantung pada affordabilitas perangkat pendukungnya oleh masyarakat.
"GSM dan CDMA itu ibaratnya open source dan proprietary. Yang satu bisa didapatkan dengan mudah dan yang lainnya sangat sulit. Dengan budget handset CDMA biasa, kita bisa mendapatkan handset GSM yang canggih," jelas Hendro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar